Sunday 9 April 2017

Makalah Makna sila 1 dan 2 pancasila

Image result for pancasila


BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan. Pancasila sebagai dasar Negara memang sudah final. Menggugat Pancasila hanya akan membawa ketidakpastian baru.
Pada sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa , yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas. Di sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengajak masyarakat untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.
B.     RUMUSAN MASALAH.
1.      Apa makna sila pertama dan kedua dalam Pancasila?
2.      Bagaimana penerapan nilai-nilai pancasila sila pertama dan kedua dalam kehidupan masyarakat?
3.      Bagaimana penerapan nilai-nilai pancasila sila pertama dan kedua dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?









BAB II
PEMBAHASAN
Pengkajian Pancasila secara filosofis dimaksudkan untuk mencapai hakikat atau makna terdalam dari sila-sila Pancasila. Dengan analisis makna sila-sila diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai filosofis. Metode yang dipergunakan untuk menganalisis adalah metode interpretasi (hermeneutika) terhadap masing-masing sila Pancasila. 
1.      Arti dan Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa
·        Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaannya  terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
·        Manusia Indonesia percaya dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
·        Membina kerukunan hidup di antara sesame umat beragama dan kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
·        Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
·        Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakininya.
·        Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
·        Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain
Bangsa yang beriman dan kemudian bertaqwa akan lebih mudah mengamalkan sila sila selanjutnya seperti Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan peerwakilan guna menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ibarat bangunan maka Pancasila itu berbentuk sebuah piramid.  Sebagai lantai dasarnya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa dan selanjutnya pada lapisan kedua ketiga keempat dan terakhir kelima adalah sila sila Pancasila yang lainnya sesuai dengan urutannya.  Apabila bangsa ini memiliki keimanan yang kokoh maka akan lebih mudah baginya untuk bersikap kemanusiaan yang adil dan beradab.  Tidak ada perlakuan diskriminasi antara sesama rakyat dalam pergaulan sehari hari, semua didasarkan atas persaudaran yang karib dan akrab. Dengan modal sila pertama dan kedua itu, persatuan Indonesia akan lebih langgeng, mengingat bahwa bangsa ini menyadari bahwa dirinya ditakdirkan dalam perbedaan.  Perbedaan agama, suku, ras dan antar golongan akan lebih mudah diterima dan dipahami serta dilaksanakan sehingga tidak akan terjadi pertentangan antar warga.  Kemudian dalam pergaulan sehari hari guna menuju kemakmuran masyarakat tidak bisa dipungkiri akan selalu ditemui berbagai perbedaan guna menuju keadilan sosial bagi seluruh  rakyat Indonesia. Untuk itulah diperlukan sila ke empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakansanaan dalam permusyawaratan perwakilan.  Setiap warga apakah dia dalam kelompok atau sebagai diri pribadi dalam menuangkan ide ide cemerlangnya mungkin akan mendapat masukan dari warga lainnya.  Perbedaan itu dimusyawarahkan dengan baik dilandasi oleh sila sila pancasila yang lain.  Dengan semangat membangun, maka setiap persoalan akan dapat ditemukan titik sama guna kepentingan pembangunan bangsa. Oleh karena itu diperlukan pemahaman sistematis guna menyerap pesan pesan penting pendiri negara ini. 
Pendidikan Pancasila yang telah diberikan sejak Sekolah Dasar sampai di Perguruan Tinggi tentunya mempunyai tujuan khusus bagi anak didik sesuai dengan tahapan tingakatan pendidikan itu.  Bila di SD Pancasila cukup diartikan sebagai hapalan saja, maka tentunya ditingkat pendidikan lanjutan lainnya kompetensi yang diberikan kepada anak anak didik diharapkan sudah mengarah kepada aplikasi kehidupan dimasyarakat.
Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh penciptanya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai mahkluk yang diciptakan wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama masing-masing. Dengan payung Ketuhanan Yang Maha Esa itu maka bangsa Indonesia mempunyai satu asas yang dipegang teguh yaitu bebas untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama masing-masing. Sehubungan dengan agama merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama, atau orang dapat memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.
Jika ditilik secara historis, memang pemahaman kekuatan yang ada diluar diri manusia dan luar alam yang ada ini atau adanya sesuatu yang bersifat adikodrati (diatas/diluar yang kodrat) dan yang trasenden (yang mengatasi segala sesuatu) sudah dipahami oleh bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejak zaman nenek moyang sudah dikenal paham animisme, dinamisme, sampai paham masuknya agama-agama Hindu, Buddha, Islam, Nasrani ke Indonesia, sehingga kesadaran akan monotheisme di masyarakat Indonesia semakin kuat. Oleh karena itu tepatlah jika rumusan sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan sebagai bangsa multiagama seharusnya bangsa Indonesia selalu menjunjung tinggi tolereansi antar umat beragama didalam kehidupan sehari-hari, berbangsa dan bernegara.
2.      Arti dan Makna Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Pokok-pokok pikiran dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab sebagai berikut:
·        Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
·        Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit, dan sebagainya.
·        Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
·        Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa selira
·        Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
·        Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
·        Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
·        Berani membela kebenaran dan keadilan
·        Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia
·        Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain
Menurut Sukarno, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan itu adalah sebuah bentuk nasionalisme asli Indonesia. Kata “internasionalisme’ di sini bukanlah bentuk kosmopolitanisme yang menganggap semua bangsa sama, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris, dan sebagainya. Sebaliknya, internasionalisme di sini dimaknai sebagai pernyataan nasionalisme sejati.
Nasionalisme timbul dari rasa cinta akan kemanusiaan. Kemanusiaan menjadi warna dominan dalam sila ini. Sebab, warna kemanusiaan dalam sila kedua ini juga dikuatkan dalam butir-butir Pancasila. Poin ini dapat menjadi titik tolak aktualisasi sila ini dalam Pendidikan.
Bagaimana aktualisasi gagasan filosofis ini ke dalam pendidikan? Anda yang berkecimpung dalam dunia pendidikan tentu tidak asing lagi dengan hakikat manusia. Secara filosofis, hakikat manusia adalah kesatuan integral dari potensi-potensinya sebagai makhluk individu, sosial, susila, dan religius. Hakikat manusia sebagai makhluk individu, sosial, dan susila cukup tepat bila dipasangkan dengan sila Kemanusiaan yang Adil dan dan Beradab.
Sebagai makhluk individu, setiap manusia itu unik. Ia memiliki potensi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Manusia berkembang menjadi makhluk individu yang seutuhnya bila ia dapat berkembang sesuai potensi yang dimilikinya. Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan potensi terpendam setiap orang. Salah satunya adalah dengan keseimbangan pengembangan sisi kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sebagai makhluk sosial, manusia mutlak memerlukan orang lain. Manusia berkembang seutuhnya menjadi makhluk sosial bila ia mampu bekerja dan hidup bersama dengan orang lain. Di sinilah pendidikan karakter mengambil peran. Orang-orang terdekat dan lingkunganlah yang akan berpengaruh dalam pembentukan karakter peserta didik.
Komponen pendidikan karakter itu adalah teladan, hadian, dan hukuman. Keberhasilan pendidikan karakter ditentukan oleh keseimbangan tiga komponen tersebut. Sebagai makhluk susila, manusia menyadari adanya nilai dan norma. Ia mampu berkembang menjadi makhluk susila yang utuh bila ia mampu menyesuaikan diri dengan nilai dan norma di tempat ia berada. Di sini, pendidikan nilai mendapat peran vital.
Komponen pendidikan nilai sama dengan komponen pendidikan karakter yaitu teladan, hadiah, dan hukuman. Keseimbangan tiga komponen inilah yang juga menentukan keberhasilan pendidikan nilai pada peserta didik.
Dari uraian di atas kita dapat merefleksikan bahwa sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memperoleh aktualisasi dalam dunia pendidikan. Sila ini menjadi landansan yang kokoh dan tepat bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Dengan melaksanakan pendidikan yang mengembangkan hakikat kemanusiaan, secara langsung kita juga mewujudkan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Manusia ditempatkan sesuai dengan harkekatnya. Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai derajat yang sama dihadapan hukum. Sejalan dengan sifat universal bahwa kemanusiaan itu dimiliki oleh semua bangsa, maka hal itu pun juga kita terapkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. sesuai dengan hal itu, hak kebebasan dan kemerdekaan dijunjung tinggi. Dengan adanya prinsip menjunjung tinggi hak kemerdekaan itu, dengan sendirinya jika dalam masyarakat ada kelompok ras, tidak boleh lalu bersifat eksklusif atau menyendiri satu sama lain. Di dunia Barat terdapat kehidupan yang diwarnai dengan eksklusifisme. Misalnya, di Afrika Selatan, Amerika Serikat, yang mengklaim sebagai Negara yang menjunjung tinggi HAM pun, dalam praktek kehidupannya masih dihinggapi rasa perbedaan ras antara ras kulit putih dan kulit hitam. Di Indonesia dasar hidup masyarakatnya persatuan dan kesatuan yang jika dihubungkan dengan prinsip kemanusiaan itu maka rasionalisme tidak boleh ada. Oleh karena itu, di Indonesia diharapkan selalu tumbuh da berkembang kebahagiaan lahir dan batin.
Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah berarti diusahakan perwujudanya secara positif. Jika ada hal yang menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku, harus dilakukan tidakan yang setimpal.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti bahwa kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Manusia diberlakukan sesuai harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang sama derajatnya, hak, dan kewajiban asasinya.

Contoh Nilai Kemanusiaan
  • Mengakui persamaan derajat antara sesama manusia 
  • Senang melakukan kegiatan yang sifatnya kemanusiaan
  • Memiliki sikap dan perilaku berani dalam membela kebenaran dan keadilan
  • Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
  • Menghormati orang lain 
  • Tidak bersikap diskriminatif terhadap orang lain

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Pancasila adalah dasar filsafat dan pandangan hidup negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.
Dalam disetiap sila terdapat makna tersendiri telebih pada sila pertama dan kedua. Dalam sila pertama adanya penjaminan masyarakat Indonesia dalam memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Tidak memaksa untuk beragama, tetapi diwajibkan memeluk agama sesuai dengan hukum yang berlaku. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi antar umat dan dalam beragama.
Sedangkan dalam sila kedua seharusnya menempatkan manusia sesuai dengan harkikatnya. Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai derajat yang sama dihadapan hukum. Menjalankan kehidupan sehari-hari tanpa rasionalisme. Melaksanakan hal penting yakni memanusiakan manusia.

B.     Saran
       Keterbatasan informasi dan ketelitian penulis dalam menyusun makalah ini, menjadi sebab adanya keurangan-kekurangan yang tidak dapat kami hindari. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penambahan wawasan bagi para penulis khususnya.









DAFTAR PUSTAKA:
·        Rukiyati M.Hum., dkk. 2015. Pendidikan Pancasila. UNY PRESS: Yogyakarta
·        Tim Redaksi Pustaka Baru. 2014. UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. Pustaka Baru: Yogyakarta

No comments:

Post a Comment