BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penyebaran
agama baru di
Indonesia khususnya di Pulau Jawa tidak bisa lepas dari pengaruh para bangsa Arab, Cina, dan
Persia yang datang ke Indonesia dengan tujuan utamanya untuk berdagang. Dalam
perjalanannya, mereka mengalami
banyak proses disetiap daerah, terutama di Pulau Jawa. Agama Rasullah SAW berangsur-angsur berkembang menjadi agama paling
besar di Jawa khususnya di Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Jadi, penyebaran Islam di Jawa kebanyakan dibawa para pedagang melalui jalur laut. Dalam hal ini mataram islam mempunyai peraanan yang sangat besar dalam
perkembangan agama islam di jawa. Cakupan kekuasaan mataram islam yang begitu
luas.
Menuju akhir abad ke-15 dengan surutnya Kerajaan Hindu Majapahit, secara tidak langsung beberapa wilayah mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang tersebar atas
kadipaten-kadipaten terjadi konflik diantara
meraka. Dalam
perspektif mereka saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit khusunya yang terjadi di antara Majapahit Wetan (pusat) dengan Majapahit
Kulon (Kediri/Daha). Runtuhnya Majapahit membawa babak baru dalam sejarah
Indonesia di dalam tangan agama Islam, dengan berdirinya Kerajaan Demak sebagai
pengganti secara langsung.
Kerajaan Demak tidak
berlangsung lama disebabkan konflik diantara keluarga kerajaan. Dan akhirnya
Jaka Tinggir, menantu Sultan Trenggana, memindahkannya menuju Pajang. Di era
Pajang pun masanya tidak berlangsung lama. Akhirnya cerita tentang Kerajaan
Pajang musnah dan digantikan di Mataram. Mataram Islam di mulai kepemimpinan Ki
Ageng Pamanahan. Mataram
sendiri sebelum menjadi kerajaan merupakan kadipaten yang berada di bawah
kekuasaan Pajang.
Kerajaan
Pajang yang semakin merosot menyebabkan mataram islam yang dulunya merupakan
kadipaten atau kekuasaan dari pajang muncul sebagai kerajaan baru. Dengan raja pertama
yaitu Panembahan Senopati. Panembahan
Senopati yang tak lain adalah putra angkat dari Sultan Hadiwijaya yang
merupakan pemimpin Kerajaan Pajang saat itu. Kekuatan Panembahan Senopati
ditandai dengan luasnya daerah kekuasaan serta penaklukkan-penaklukkan
wilayah-wilayah di jawa
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana berdirinya Kerajaan Mataram Islam
2. Bagaimana masa pemerintahan Panembahan Senopati
3. Bagaimana keadaan masyarakat masa pemerintahan
panembahan seopati
4.
Bagaimana
aspek politik, sosial, budaya dan ekonomi masa pemerintahan panembahan senopati
C. Manfaat
dan Tujuan
1. Mengetahui awal beririnya Mataram Islam
2. Mengetahui masa pemerintahan panembahan senopati
3. Mengetahui aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya
4.
Mengetahui
kondisi masyarakat masa kerajaan Mataram Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Berdirinya
Kerajaan Mataram Islam
Kelahiran Kerajaan Mataram Islam yang merupakan cikal bakal Daerah Istimewa Yogyakarta ini tidak lepas dari
sejarah Kerajaan
Pajang.
Sebelum Joko
Tingkir
atau Mas
Karebet
menjadi raja pajang dengan gelar Sultan
Hadiwijaya
pada periode 1546-1586. Joko Tingkir
harus berperang melawan adipati Jipang
yang bernama Arya
Penangsang.
Berkat bantuan strategi Ki
Ageng
Pemanahan
yang tak lain adalah ayahanda dari Danang
Sutawijaya.
Setelah kemenangan tersebut Joko
Tingkir
memberikan kepada Ki
Ageng
Pemanahan
berupa tanah meantok di daerah
kota gede . Pada dasarnya Mataram merupakan bagian kadipaten
dari Kasultanan
Pajang.
Kemudian Ki
Ageng
Pemanahan
di tempat inilah beliau mendirikan kraton pada tahun 1578. Tak lama kemuidan Kerajaan Pajang semakin melosot. Ini terjadi
sepeninggal Sultan
Hadiwijaya,
bahkan Pajang
menjadi kadipaten yang dipimpin oleh Pangeran
Benowo
putra dari Sultan
Hadiwijaya
dibawah kekuasan Mataram
Islam.
Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat di tahun 1584 beliau
digantikan oleh putranya, Danang
Sutawijaya
yang bergelar Panembahan
Senopati. Tanah menatok ini yang merupakan
bagian dari Kadipaten
Kasultanan
Pajang, dikembangkan oleh Panembahan Senopati yang kelak menjadi Mataram Islam. Sutawijaya menjadi raja pertama Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senopati. Pada masa kepimpinannya
beliau memperluas wilayah kekuasan Mataram
ke daerah sekitarnya, hingga ke daerah bagian timur Jawa dan barat bahkan Pulau Madura dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat juga merupakan bagian dari Mataram Islam hanya Padjajaran karena kuatnya rasa nasionalis rakyat terhadap
penguasa Padjajaran. Serta Blambangan yang tetap bertahan dan
belum memeluk agama islam.
B.
Masa Pemerintahan Panembahan Senopati
Setelah Kerajaan Pajang
mengalami kemorosotan, maka Mataram menjadi pengantinya. Pasca meningalnya Ki
Ageng Pamenahan, Mataram di pimpin oleh
Sutawijaya atau Panembahan Senopati. Kekuasaan Pajang yang seharusnya di pimpin
oleh Pangeran Benowo di singkirkan oleh Arya Pangiri, hal ini menyeabkan
Sutawijaya memindahkan tahta Pajang ke Mataram dengan demikian Mataram yang
semula merupakan kadipaten yang tunduk kepada Pajang, kemudian naik menjadi
suatu kerajaan. Hampir semua wilayah tanah Jawa dapat dikuasai oleh Mataram ,
kecuali Blambangan yang tetap bertahan dan bemum memeluk agama islam sesuai
dengan cita-cita sutawijaya.
Selama tahun pertama sebagai
penguasa Mataram, ia tidak diwajibkan menghadap ke Pajang. Dalam menghimpun pengikut,
salah satu cara yang dilakukan oleh Panembahan Senopati yakni mengenai
jamuan-jamuan politiknya. Hal ini terjadi kerika mantri-mantri pamejangan dari
Kedu dan Bagelen yang sedang dalam perjalanan ke Pajang untuk menyerahkan uang
pajak. Senopati menyabut dengan jamuan-jamuan yang istimewa, seperti adanya sambutan dari wanita-wanita yang
menari. Hal ini membuat mantri-mantri ini menjanjikan bantuan dan kesetian
terhadap Panmebahan Senopati.
Pada masa
pemerintahan Panembahan Senopati, beliau berhasil meletakkan dasar-dasar
Kerajaan Mataram. setelah berhasil menggeser kekuasaan Pajang, Panembaan Senopati
memindahkan pusat kerajaan menuju Mataram. Dalam biadang budaya Panemahan Senopati
menyempurnakan bentuk wayang dengan tatahan gemuran. Panembahan Senopati juga
berhasil membuat anyaman mistik dan politik yang keteladanannya memandu alam
pikiran jawa. Dalam
kiprahnya sebagai pemimpin, Panembahan Senopati juga membangun benteng dalam ( Cepuri ) yang cakupannya mengelilingi
kraton dan juga dibangun benteng luar ( Baluwarti ) yang mengelilingi wilayak
kota seluas sekitar 200 Ha.
Perluasan
wlilayah Mataram Islam yang dilakukan Panembahan Senopati mencakup daerah
sebagian Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur serta Jawa Barat. Dalam hal ini panembahan
senopati awal mulanya Panembahan Senopati berhasil mengajak sebagian besar
wilayah Jawa Tengah dari bagian selatan sampai utara mengikuti Panembahan Senopati.
Ekspedisi yang dilakukan ke Mojokerto dalam tujuan perluasan daerah kekuasaan Mataram
terjadi pada tahun setelah kekalahan Adipati Demak pada tahum 1589 yakni
sebelum pertempuran di Madiun.
Namun disisi lain juga terjadi
pergolakan di banyak daerah seperti di Pati pada tahun 1600 terjadi pemberontakan Adipati Pragola. Pemberontakan ini
dipicu oleh pengangkatan Retno Dumilah putri Madiun sebagai permaisuri kedua
Senapati. Pasukan Pati berhasil merebut beberapa wilayah sebelah utara Mataram.
Perang kemudian terjadi dekat Sungai Dengkeng di mana pasukan Mataram yang
dipimpin langsung oleh Senapati sendiri berhasil menghancurkan pasukan Pati.
Kekuasaan tertinggi
mutlak ada pada diri sultan. Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram tertata dengan baik
berdasarkan hukum islam tanpa meninggalkan
norma-norma lama .Bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, nadi, dan
sunatara yang bertugas memipin upacara keagamaan. Bidang pengadilan, dalam
istana terdapat jaksa yang bertugas untuk menjalankan pengadilan istana. Dalam
hal ini diciptakannya peraturan yang dinamakan anger-anger.
Dalam segi aspek
kehidupan ekonomi dan budaya. Kerajaan Mataram mengantungan perekonomiannya
dari sektor agraris. Hal ini didasari karena letak berada di pedalaman. Mataram
juga memiliki daerah pesisir di bagian utara jawa. Daerah pesisir inilah yang berperan
dalam arus perdagangan Mataram.
Bentuk kebudayaan yang bekembang dalam Kerajaan Mataram ialah budaya Kejawen yang merupakan akulturasi kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Seni tari, pahat, suara, dan
sasta juga berkembang pesat pada masa Kerajaan
Mataram. Serta pendiran benteng yang
didirikan pada masa panembahan senopati ( cepuri dan baluwarti ) kini masih
dapat dijumpai reruntuhannya.
BAB
III
KESIMPULAN
Mataram islam yang dulunya
merupakan kadipaten dari kerajaan pajang. Pada dasarnya kerajaan mataram
merupakan pemberian tanah mentaok yang berlokasikan di kotagede yang diberikan
oleh sultan hadiwijaya kepada ki ageng pamanahan atas jasa dalam penaklukkan
arya penagsang Mataram islam pada masa
panembahan senopati dapat dikatakan sebagai awal dari kebangkitan mataram
islam. Masa pemerintahan panembahan senopati mengedepaknkan pada sisi perluasan
kekuasaan atau ekspansi kekuasaan. Selama
masa pemerintahan panembahan senopati, kerajaan mataram mengalami kemajuan di
bidang perluasan wiayah.
ini didasari karena mataram meruakan kerajaan
yang baru berdiri sehingga dengan perluasan wilayah kekeuasaan ini akan membuat
pengkukuhan kerajaaan mataram islam. Wilayah yang dapat dikuasai jawa bagian
tengah serta sebagian daerah di jawa barat dan jawa timur.
Dalam politik ekspansinya ini panembahan senopati menghimpun kekuatan
menggunakan cara- caranya yakni dengan mengunakan jamuan-jamuan politik.
Dalam
aspek ekonomi, mataram islam pada masa pemerintahan panembahan senopati. Tidak
jauh berbeda dengan kerajaan pajang. Karena pada dasarnya mataraam islam
merupakan penerus atau lanjutan dari kerajaan pajang. Serta lokasi kerajaan
mataram yang terletak di kotagede yang merupakan daerah yang subur mengedepan kan sektor agraris tetapi juga
mataram islam bergerak dalam kegiatan perdagangan ekspor-impor karena daerah
kekuasan mataram yang mencakup utara pulau jawa.
Sumber :
Prof. Dr. Abdul Hadi W.M, dan tim .
“Indonesia dalam arus sejarah” pt ichtiar baru van hoeve Jakarta
Dr.
Purwadi, M. Hum. “ SEJARAH RAJA-RAJA JAWA sejarah kehidupan kraton dan perkembangannya
di jawa” Media Abadi Ygyakarta
DR. H.J. DE GRAAF, “ AWAL
KEBANGKITAN MAARAM masa pemerintahan senapati”
Grafiti Pers Jakarta
No comments:
Post a Comment